GLOBAL CONNECTION EXPERIENCE II: AUSTRALIA
Global Connection Experience (GCE) II adalah kegiatan kerjasama antara SMA Santa Ursula Jakarta dengan St. Ursula’s College, Toowoomba, Queensland, Australia. Dalam program ini, 18 siswa bersama dua guru pendamping dari SMA Santa Ursula Jakarta melakukan kunjungan ke sekolah St. Ursula’s College di Toowoomba untuk mengalami pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa di sana. Selain itu, siswa SMA Santa Ursula Jakarta juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti aktivitas di luar pembelajaran sekolah dalam rangka mengenal budaya dan sejarah Australia lebih dalam. Program ini dilaksanakan dari tanggal 26 Mei - 1 Juni 2024 dan selama berlangsungnya program ini siswa SMA Santa Ursula Jakarta tinggal di asrama yang bernama “Garda House.”
Dalam melaksanakan Global Connection Experience II ini tentunya dibutuhkan berbagai persiapan dan perencanaan, terutama dalam menampilkan pertunjukan nyanyian dan tarian khas Indonesia. Dengan tujuan menunjukkan kebanggaan terhadap budaya Indonesia dan unjuk Kami menampilkan lagu dan tarian dari Wonderland Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara. Selain itu, kami menyanyikan lagu Insieme yang merupakan lagu universal sekolah Ursulin. Selama beberapa minggu, kami berlatih untuk menyelaraskan nyanyian dan gerakan, serta iringan musik. Kami juga menyiapkan kostum berupa kebaya, selendang, dan kemeja putih.
Perlengkapan seperti topi, logo, baju polo, dan luggage tag juga kami siapkan. Perlengkapan ini dilakukan melalui kerja sama antara guru pendamping dan siswa. Selama masa ini, kami tidak lupa mempersiapkan kenang-kenangan untuk buddies, kepala sekolah, dan guru di Toowoomba. Kami memutuskan untuk memberi setiap buddies sebuah pouch, gelang, dan headband dengan corak khas Indonesia, beserta stiker gunung-gunung di Indonesia. Bukan hanya itu saja, setiap pribadi juga menyiapkan hadiah lain untuk buddy masing-masing. Semua persiapan dan perencanaan ini kami siapkan dengan totalitas agar kami dapat mengharumkan nama sekolah dengan tampil membanggakan dan menunjukkan core Values SERVIAM selama kunjungan kami ke Australia.
Melalui kegiatan GCE II ini, diperoleh berbagai hal dan pembelajaran.
1. Pemahaman akan kekayaan alam Australia
Selama berada di Benua Hijau, kami diperkenalkan dengan keanekaragaman hayatinya. Kota Toowoomba sendiri terkenal sebagai kota taman dengan keindahan alam yang menakjubkan. Kami mengunjungi dua taman, yaitu Laurel Bank Park dan Queen’s Park yang memiliki berbagai macam jenis tumbuhan musiman yang unik. Setiap tahunnya, kedua taman tersebut ditanami bibit-bibit di lokasi khusus untuk dipamerkan pada Point dan menikmati pemandangan Table Top Mountain yang unik, yaitu sebuah gunung berapi yang sudah tidak aktif dan memiliki puncak Toowoomba Carnival of Flowers yang berlangsung pada bulan September sampai Oktober. Kami juga berkesempatan mengunjungi Picnic yang datar menyerupai meja.
Bukan hanya itu saja, kami juga mengunjungi Lone Pine Koala Sanctuary pada hari pertama. Di cagar alam tersebut, kami dikenalkan dengan satwa yang menjadi ikon Australia, yaitu Koala dan Kanguru. Kami juga mendapatkan kesempatan untuk melihat hewan lainnya, seperti Tasmanian Devil, Platypus, dan Dingo, beberapa reptil, dan juga burung.
2. Pemahaman Sejarah dan Budaya Australia
Selain menampilkan budaya Indonesia, perjalanan kami ke Toowoomba juga memberikan pengalaman mengenal sejarah dan budaya Australia. Toowoomba dikenal akan kehidupan pedesaannya yang damai dan bersejarah, kami mendapatkan hal tersebut dari kunjungan kami ke Highfields Pioneer Village, Toowoomba Art Gallery, dan COBB+CO Museum. Di Highfields Pioneer Village, kami mempelajari relik-relik zaman dahulu yang dirawat dan ditata sehingga menyerupai desa pada saat itu. Kami melihat kapel yang dibangun lebih dari satu abad lalu, kios-kios kuno, alat transportasi, dan pakaian warga abad itu. Pada saat itu Toowoomba Art Gallery sedang mengadakan pameran dengan judul “I, Object” yang menampilkan seni berkaitan dengan hubungan kompleks antara suku pendatang dan suku asli Australia. Saat berkunjung ke COBB+CO Museum, juga terdapat pameran interaktif yang dapat kami pelajari. Kami dapat menyaksikan langsung pembuatan dan reparasi kereta kuda yang menjadi alat transportasi di Australia pada zaman dahulu. Selain itu, terdapat galeri yang berisi peninggalan dan informasi sejarah mengenai Suku Aborigin. Terdapat juga patung hewan endemik benua tersebut dan pameran sains.
3. Pemahaman tentang Sistem Pembelajaran
Kunjungan kami ke Australia ini bertujuan untuk mengalami pembelajaran di sana, tepatnya di St. Ursula’s College, Toowoomba. Tentunya kurikulum yang mereka terapkan berbeda dengan kurikulum di Indonesia. Serupa dengan SMA Santa Ursula Jakarta, sekolah ini berfokus pada keseimbangan pendidikan karakter, akademik, dan keterampilan siswanya. Setiap siswa diajak untuk menjelajahi potensi dalam diri masing-masing, terutama Education. Oleh karena itu, sekolah tersebut menyediakan berbagai fasilitas memadai, seperti dining hall, kolam renang, lapangan olahraga dalam bidang Creative and Performing Arts, Design and Technology, Languages, Science, Social Science, dan Vocational dalam dan luar ruangan, ruang seni, laboratorium, ruang musik, dan sebagainya.
Selain itu, sistem yang digunakan adalah moving class, siswa berpindah kelas sesuai jadwal setiap individu. Setiap pagi, mereka memiliki kelas PC (Pastoral Care) yang dapat diibaratkan seperti jam “perwalian” di mana sekelompok siswa dari berbagai angkatan berkumpul dan berbincang atau membuat proyek bersama guru pendamping. Selama berproses di kelas, mayoritas tugas yang diberikan berupa kerja kelompok. Tidak hanya itu, sekolah ini juga berbasis teknologi. Setiap siswa disediakan satu laptop dan terdapat printer di beberapa lokasi. Uniknya, di St. Ursula’s College Toowoomba terdapat 4 houses, yaitu Stella (Kuning), Carita (Merah), Fiducia (Hijau), dan Speranza (Biru). Siswa mengumpulkan poin untuk house-nya dan pada akhir tahun poin tersebut akan diakumulasikan.
4. Sisterhood
Sekolah-sekolah yang menghayati ajaran Santa Angela Merici menjunjung tinggi cinta dan belas kasih serta persatuan. Melalui Global Connection Experience II: Australia, kami mendapatkan teman-teman baru dan menjadi satu bagian dengan komunitas St. Ursula’s College. Mereka sangat ramah dan memiliki berbagai kesamaan dengan kami sebagai siswa sekolah homogen. Walaupun waktu pertemuan kami singkat, tetapi ikatan persaudaraan kami sangatlah kuat. Bahkan, kami masih terhubung melalui media sosial hingga sekarang, saat kami sudah kembali ke Jakarta.
5. Kemandirian
Selama mengikuti kegiatan di Australia, kami dilatih untuk hidup mandiri, terutama dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Peserta GCE II belajar untuk memasak sarapan setiap pagi sebelum memulai kegiatan, membersihkan toilet, menggunakan vacuum cleaner untuk membersihkan lantai, mencuci pakaian maupun peralatan memasak dan makan, menyetrika pakaian, merapikan kamar, dan sebagainya. Selain itu, kami juga belajar mengurus berkas-berkas penting untuk keberangkatan dan kepulangan kami. Perjalanan yang memakan waktu lebih dari 10 jam ke Toowoomba, Australia memang sangat menyenangkan. Kami menggunakan maskapai yang memiliki tagline “the spirit of Australia”. Seluruh kegiatan pun berlangsung lancar berkat ketangguhan dan totalitas yang kami terapkan pada tahap persiapan. Kami berdiskusi, mengumpulkan gagasan, dan membuat rangkuman yang disepakati bersama. Hal yang tampak sederhana namun menantang karena kami harus bisa mengatur waktu yang pas untuk “tancap gas” ataupun “injak rem”. Selanjutnya kami melangkah pada fase latihan menari dan menyanyi yang cukup menantang karena tidak semua menguasai keterampilan menari maupun.
memahami teknik menyanyi yang baik. Namun kami semua bertekad untuk mengharumkan nama sekolah dalam kunjungan GCE ke St. Ursula’s College Toowoomba. Akhirnya, pada saat penampilan, semua jerih payah kami membuahkan hasil yang memuaskan. Kami menampilkan pertunjukkan dua kali, yang pertama di St. Ursula’s College, dan yang kedua di Our Lady of Lourdes.
Seluruh kegiatan dalam program ini tidak akan berhasil jika tidak ada persatuan di antara kami, baik dari siswa-siswa kelas X maupun kelas XI. Meskipun penanggung jawab untuk masing-masing tugas sudah dibagi, kami tetap menjunjung core values Serviam yaitu persatuan selama berdinamika bersama, terutama dalam persiapan Cultural Night dan pekerjaan rumah di Garda House. Berdasarkan kelompok yang telah dibagi, kami memiliki tanggung jawab atas kebersihan dapur, kamar mandi, ruang tengah, dan sebagainya.
Selain membutuhkan persatuan, setiap persiapan keberangkatan, penampilan, dan upaya menjaga kebersihan tidak lepas dari sikap totalitas. Kami merasa bahwa sikap totalitas sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan segala kebutuhan untuk perjalanan kami agar memberikan hasil yang memuaskan. Nilai totalitas juga tercermin saat kami dan siswa St. Ursula’s College Toowoomba mendapat tantangan pada hari ke-3 dikegiatan track and field. Para siswa memberikan usaha yang terbaik dan totalitas guna menambah poin bagi house mereka masing-masing. Bahkan ketika kami kembali ke asrama setelah sehari penuh berkegiatan, kami mengusahakan yang terbaik untuk latihan persiapan penampilan Cultural Night esok hari. Pada akhirnya, kami dapat menyimpulkan bahwa kesuksesan terlaksananya GCE II ini adalah berkat kerjasama dan totalitas. Keputusan sekolah untuk menghidupkan kembali program semacam ini sangat tepat untuk mengasah karakter dan mengembangkan wawasan global siswa.