Jl Pos No 2 Jakarta Pusat (021)3840915 admin@sma.santaursulajakarta.sch.id Senin - Jumat : 07.00 WIB - 14.00 WIB Sabtu : 07.00 WIB - 11.30 WIB
HIC 2020

DARI SANTA URSULA MENUJU HARVARD INNOVATIVE CHALLENGE 2020 OF SOUTHEAST ASIA

Berkiprah secara global dimulai dengan sebuah keberanian untuk berpartisipasi dalam acara-acara bertaraf internasional. Beranikah anak-anak Sanurian ambil bagian di dalamnya?

Pada tanggal 27-30 Juli 2020, kami (Sherin, Imke, Micha, Feren, dan Tyra) berkesempatan menjadi delegasi Indonesia dalam Harvard Innovative Challenge of Southeast Asia 2020, sebuah konferensi internasional berbasis virtual yang mengumpulkan para pelajar dari sekolah menengah hingga mahasiswa yang tersebar di seluruh dunia, ASEAN khususnya sebagai delegasi dari negara asalnya, dan diselenggarakan oleh Harvard Undergraduate Global Education yang bekerja sama dengan Global Citizen. Acara tersebut menghadirkan berbagai narasumber terkemuka yang telah membawa perubahan bagi kondisi sosial-ekonomi dunia di berbagai bidang. Para delegasi diberi kesempatan untuk berdiskusi serta mengeksplorasi berbagai topik tentang masalah regional ASEAN, khususnya yang kian kritis karena eksistensi pandemi COVID-19. Para delegasi dibagi dalam 2 track, yaitu Public Health dan Education. Berdurasi 4 hari, konferensi ini menantang para delegasi dari berbagai negara yang telah disatukan ke dalam tim-tim kecil beranggotakan 4-5 orang untuk melahirkan suatu solusi berupa proyek kewirausahaan inovatif yang nyata dan aplikatif untuk menekan masalah sosial yang diangkat.

Acara dimulai pada tanggal 27 Juli 2020 dengan Opening Ceremony. Bertindak sebagai Keynote Speaker, Levana Sani adalah seorang alumni Kampus Santa Ursula dan pendiri Nalagenetics, start-up yang melalui farmakogenomik, memungkinkan masyarakat di Asia untuk melakukan tes genetik dengan biaya terjangkau (Ia membawakan semangat Serviam sebagai pembuka pidatonya, lho!). Kami kemudian masuk ke breakout room untuk berkenalan dengan tim delegasi yang telah ditentukan sesuai track kami. Setelah istirahat makan siang, pembicara selanjutnya adalah Chong Tee Lim di track Public Health, dan Joice Gumala di track Education yang lagi-lagi adalah lulusan Kampus Santa Ursula dan pendiri start-up yang menyediakan jasa mentor MBA untuk persiapan masuk universitas terkemuka dunia. Melalui sesi ini, para mentor membantu delegasi dalam memulai research dan navigasi masalah yang ada dalam rangka menemukan solusi yang dapat diimplementasikan dengan strategi kompleks namun komprehensif. Kami mengakhiri hari pertama yang agak melelahkan, dikarenakan telah menatap laptop selama 6 jam berturut-turut, dengan menuliskan abstrak berisikan 200 kata tentang pernyataan masalah dan ide solusi yang masing-masing tim akan angkat. Kami memulai pembicaraan dalam tim dengan membahas apa yang telah masing-masing tulis dalam pre-conference assignment berupa proposal program pribadi dan mulai mengelaborasi dari sana. (Iya teman-teman, sebelum konferensi-pun sudah ada tugas, lho! Ya istilahnya sih literasi pribadi sebelum berargumentasi).

Di hari kedua, kami mengikuti Public Speaking Workshop yang dilanjutkan dengan Elevator Pitch dimana tiap tim mempresentasikan speech singkat satu menit untuk meyakinkan audiens bahwa masalah dan solusi yang masing-masing tim bawakan absah serta dapat diterapkan. Dari presentasi singkat ini, kakak-kakak dari Harvard dan delegasi lain memberikan umpan balik tentang kelayakan solusi pitch dan kefasihan kami dalam mengeksekusikan public speaking. Setelah itu, kami juga mendapatkan insights mengenai pengalaman beberapa wirausahawan dalam mendirikan perusahaan mereka serta cara mereka beradaptasi dengan komplikasi yang timbul dari pandemi COVID-19 ini.  Salah satunya adalah Evelyn Wong, penemu CovEd, sebuah platform mentoring yang menghubungkan mahasiswa sukarelawan dengan anak-anak dari komunitas berpenghasilan rendah untuk dukungan akademis.  Di penghujung hari, ada tur virtual dari kampus Harvard College yang diikuti oleh Business Model Workshop yang memberikan delegasi gambaran umum secara komprehensif tentang bagaimana merancang model bisnis yang layak. Kami diberikan waktu untuk mengembangkan kanvas solusi yang efektif untuk pernyataan masalah masing-masing, dengan mempertimbangkan informasi dan umpan balik yang telah diterima selama sesi. 

Pada hari ke-3, kami memperoleh kesempatan untuk mendengarkan pengalaman kuliah dari lima mahasiswa/i Harvard. Mereka menceritakan tentang pengalamannya, dimulai dari proses pendaftaran hingga kesan pesan mereka selama menjadi mahasiswa Harvard. Proses pendaftaran untuk dapat diterima di Harvard tidak pernah mudah. Kebanyakan peserta meminta tips and tricks dari mereka terkait cara agar dapat diterima di Harvard. Personal essay adalah salah satu syarat kunci dalam proses penerimaan. Kelima mahasiswa/i tersebut mengatakan bahwa dalam penulisan personal essay, penekanan pada keunikan para pelamar adalah faktor utama. Selain berbicara tentang tips and tricks dalam proses pendaftaran, mereka juga bercerita tentang kehidupan mahasiswa Harvard. Klub-klub yang ada, bagaimana cara belajar di sana, pelajaran apa yang mereka dapatkan dengan bersekolah di Harvard, dan lain-lain. Setelah itu kami memiliki waktu untuk makan siang. Selama makan siang, terdapat breakout room yang tersedia untuk siapapun yang ingin berinteraksi dengan peserta lain dan dipandu oleh seorang staff konferensi. Di breakout room tersebut kami membicarakan banyak hal. Kami menjadi lebih kenal dengan berbagai budaya, sistem sekolah, hingga hobi tiap-tiap delegasi. Sesi ini sangat menarik karena kami dapat berkenalan dengan teman-teman baru dari negara-negara yang berbeda yang juga memperluas koneksi dan wawasan global kami. Akhir hari ke-3 ini ditutup dengan proses finalisasi dari penyusunan presentasi proposal kami, disertai sesi belajar dari seorang speaker yang menceritakan pengalamannya tentang bagaimana social entrepreneurship dapat terlaksana di dunia nyata.

Dan pada akhirnya, hari ke-4 pun tiba. Hari ini menjadi hari yang paling menegangkan, mengkhawatirkan, sekaligus menantang karena selain harus melakukan presentasi hasil diskusi proyek kewirausahaan sosial tim delegasi masing-masing di hadapan panel juri, kami juga harus menunaikan kewajiban kami sebagai siswi SMA Santa Ursula Jakarta, yaitu mengikuti sidang paper. Tim delegasi dinilai berdasarkan orisinalitas, isi dan kelengkapan, kemungkinan dan kelayakan program untuk dilaksanakan, dampak yang dihasilkan, serta cara penyampaian presentasi itu sendiri. Setelahnya, seluruh kegiatan ditutup dengan penghargaan yang diberikan kepada Best Team dan Best Delegate. Kami dengan senang hati menyampaikan bahwa Micha dan tim delegasinya memenangkan First Team Award in Public Health Category

Ada banyak pelajaran yang kami peroleh dari 4 hari mengikuti konferensi ini. Secara keseluruhan, kegiatan HIC SEA merupakan kegiatan yang berhasil melatih kami untuk mengembangkan wawasan global, menambah kenalan dan koneksi di dunia internasional, serta melatih kemampuan critical thinking kami menjadi lebih signifikan. Dalam konferensi ini, kami secara tidak langsung dipaksa untuk beradaptasi dan berani mengungkapkan pendapat kami sehingga selama proses konferensi ini, dapat dikatakan bahwa kami mendapatkan banyak skill baru, baik soft skill maupun hard skill. Kami mendapatkan banyak sekali hal baru, mulai dari betapa pentingnya hak cipta dalam suatu karya yang dipublikasikan hingga cara menganalisis dan mensintesis berbagai sumber informasi agar diperoleh informasi yang kredibel. Kami diajak untuk melihat berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitar kami dan tidak sekedar mengomentari dan mengkritik, tapi melakukan aksi konkret yang dimulai dengan research terkait masalah sosial tersebut yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua bidang besar, yaitu public health  dan education, hingga tahap demi tahap bagaimana masalah tersebut dapat diselesaikan. 

Salah satu pelajaran yang berkesan bagi kami adalah bagaimana kami diajak untuk berani mengajukan solusi termustahil dan terekstrim yang dapat kami bayangkan karena pada nyatanya, tidak ada ide yang buruk dari sini, kami juga dilatih untuk lebih percaya diri dan mampu mengutarakan opini kami dengan lebih maksimal lagi melalui kemampuan public speaking dan team work yang juga menunjang.  Setelah itu, kami dibimbing untuk mengelola ide tersebut agar dapat diaplikasikan ke masalah yang ada. Hal tersebut membawa kami untuk berani mengeluarkan kreativitas agar dapat menciptakan suatu ide dan inovasi yang baru untuk mengatasi masalah yang ada di sekeliling kami. Berani menjadi berbeda asal demi visi yang jelas dan bermanfaat bagi banyak orang adalah kunci utamanya. Perlu diingat bahwa masalah bukanlah untuk dihindari melainkan untuk dihadapi dan diselesaikan karena melalui setiap masalah yang kita hadapi, kita akan belajar dan berkembang dari pengalaman yang diperoleh. 

Kami merasa sangat bersyukur, bahagia, dan bangga bisa mengambil bagian dalam HIC SEA 2020. Berkenalan, bertukar pikiran, berdebat, dan mencari berbagai solusi memadai demi kondisi dunia yang lebih baik dengan banyak generasi muda agen-agen perubahan di seluruh dunia adalah kesempatan yang sangat berharga. Kami berkesempatan untuk mengenal dunia ini dari beragam perspektif dan kultur yang berbeda, serta bagaimana cara bernegosiasi namun dengan tetap mengutamakan etika dan etos kerja dengan baik. 

Ada banyak cara untuk menunjukkan kontribusi terhadap perkembangan dunia, salah satunya dengan mengikuti HIC SEA dan belajar, berkontribusi, serta mencari solusi secara nyata dalam rangka mengimplementasikan kemampuan kognitif maupun psikomotorik yang tetap disertai afeksi yang mumpuni demi kemaslahatan seluruh umat manusia. 

(Penulis: Micha, Sherin, Feren (XII MIPA1), Imke, Tyra (XII MIPA4))