Apa itu Integrated Learning itu? Apakah manfaat dan istimewanya? Berikut kegiatan Integrated Learning di SMA Santa Ursula. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, pembelajaran di sekolah juga harus mampu mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan abad 21 yaitu 4C diantaranya Comunication, Creative thinking, Critical Thinking dan Colaboration. Ketrampilan tersebut diharapkan dimiliki oleh setiap siswa di era sekarang ini. Di SMA Santa Ursula pengembangan ketrampilan abad 21 salah satunya diwujudkan dengan Integrated Learning atau sering kali disebut dengan model pembelajaran terpadu. Pembelajaran Integrated Learning memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3) Kegiatan Integrated Learning di SMA Santa Ursula dilaksanakan di kelas X, XI dan XI. Khusus untuk kelas X pembelajaran Integrated Learning memadukan 13 mata pelajaran sekaligus. Dalam kegiatan Integrated Learning ini 1 proyek yang diberikan berisi kolaborasi dari 13 mata pelajaran, dengan tema “Energi Alternatif Ramah Lingkungan”. Siswa kelas X dibentuk dalam kelompok lintas peminatan yang terdiri dari kelas X MIPA, X Sosial dan X Bahasa. Diharapkan dengan kelompok campuran ini siswa dapat belajar berkolaborasi dan berkomunikasi dengan siswa dari kelas lain, juga peminatan lain. Siswa dari kelas MIPA dapat belajar bersama materi di kelas Sosial maupun Bahasa, begitu juga siswa dari kelas Sosial dan Bahasa mendapatkan pengetahuan baru tentang materi IPA yang berhubungan dengan kondisi di sekitar lingkungannya. Jadi dengan kegiatan Integrated Learning ini akan meningkatkan bonding siswa khususnya di kelas X yang dari awal masuk di SMA Santa Ursula belajar secara online. Melalui kegiatan ini bukan hanya siswa saja yang berkolaborasi, melainkan juga guru-guru dalam merencanakan kegiatan dan mendampingi Integrated Learning. Melalui kegiatan ini juga siswa dilatih untuk memunculkan ide-ide kreatif dalam mengatasi masalah terutama masalah kelangkaan sumber energi maupun dampak dari penggunaan energi bahan bakar minyak bumi. Siswa juga belajar mengaitkan analisa dari satu mapel dengan mata pelajaran yang lain sehigga diperoleh satu pemahaman yang utuh. Selain itu siswa juga diajak untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang IT dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang ada sehingga tercipta hasil akhir proyek Integrated Learning berupa E-magazine/ majalah digital. Hambatan dalam mengerjakan proyek integrated Learning ini dapat siswa atasi dengan adanya kemajuan teknologi yakni siswa dapat menggunakan aplikasi gmeet/zoom untuk berdiskusi, sedangkan untuk prakteknya siswa dapat menggunakan laboratorium yang ada di sekolah. Meskipun diawal terasa berat untuk memulai proyek Integrated Learning ini, siswa kelas X dapat menyelesaikan semuanya dan menghasilkan karya yang luar biasa dalam bentuk e-magazine. Seperti apa hasil dari E-Magazine produk siswa kelas X di kegiatan Integrated learning ?? Klik disini SMA SANTA URSULA E MEGAZINE SMILE! Kelompok 1 The Power of Wind Kelompok 2 Sanur Lab Kelompok 3 Navitura Kelompok 4 Kamis Pagi Kelompok 5 Aru Nika Kelompok 6 Tubig Kelompok 7 Elulaine Kelompok 8 Musa Electrica Kelompok 9 Heliantbus Kelompok 10 Kalopsia Kelompok 11 SEGO Kelompok 12 Ozeano Kelompok 13 Electriseaty Kelompok 14 VELO Kelompok 15 Frenergy Kelompok 16 Panacea Kelompok 17 Pelita Kelompok 18 Aquaris Kelompok 19 Solar Energy Kelompok 20 Kehani Kelompok 21 Biolect Kelompok 22 Petcah Kelompok 23 Zeterra Kelompok 24 The Zephyr’s Flow Kelompok 25 Serabi Kelompok 26 Energeia Kelompok 27 Meliorism Kelompok 28 Native Kelompok 29 Waste With Kelompok 30
Mengawali Dengan Yang Penting
1. Misa Awal Tahun Pembelajaran SMA Santa Ursula Jakarta mengawali pembelajaran tahun 2021/2022 dengan Misa Kampus (12 Juli 2021). Misa kampus dengan tema “Thálassa” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti laut. Laut merupakan sebuah perairan asin besar yang dikelilingi secara menyeluruh atau sebagian oleh daratan. Laut juga merupakan suatu ekosistem, yang pastinya memiliki banyak spesies makhluk hidup yang berbeda di dalamnya. Makhluk hidup tersebut hidup berdampingan dalam satu ekosistem yang sama, beradaptasi dengan satu sama lain dan juga dengan lingkungan mereka. Ekosistem laut tersebut diibaratkan Komunitas Sekolah Santa Ursula. Setiap anggota, setiap unit hidup berdampingan membentuk keluarga Sekolah Santa Ursula, yang sejalan core values sekolah yaitu Persatuan. Melalui inspirasi bacaan Injil yang dijebarkan Romo RP. B. Ch. Triyudo P., SJ, anggota komunitas diajak untuk berani melakukan yang terbaik, membuka diri terhadap orang lain, berani membuat terobosan baru seperti Petrus yang berani menebarkan jalanya meski semalam-malaman tidak mendapatkan ikan, semata karena mengikuti perintah Yesus. Semangat inilah yang mau dikobarkan dalam memasuki tahun pelajaran baru. 2. MPLS Plus Kelas X memasuki kehidupan mereka di SMA Santa Ursula dengan mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kegiatan ini seperti juga dilakukan di semua sekolah dilaksanakan dengan memberikan informasi terkait kegiatan pembelajaran, kegiatan siswa, juga dinamika kehidupan sekolah dengan tujuan supaya siswa baru cepat beradaptasi dengan sekolah baru mereka. Yang menjadi berbeda dengan sekolah lain di SMA St Ursula, MPLS dilanjutkan dengan kegiatan SAGU (Sanur Award and Guidance). Seksi Sosial OSIS merekrut dan menyeleksi siswa kelas XI dan XII secara ketat yang berminat menjadi fasilitator kelas X. Tugas fasilitator adalah sebagai pembimbing yang meliputi tutor pelajaran, sharing pengalaman, serta pengenalan lebih dalam mengenai lingkungan dan kehidupan di sekolah. Para relawan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang nyaman dan adaptif bagi para siswa SMA Santa Ursula Jakarta kelas X. Kegiatan ini berlangsung selama satu bulan dan dilakukan evaluasi setiap Sabtu, Bersama pembina OSIS. Kegiatan ini juga untuk memperkuat core values menumbuhkan rasa cinta dan belas kasih antar siswa serta mengembangkan semangat pelayanan. 3. Personal Branding Untuk kelas XI sekolah memberikan pembekalan seminar Personal Branding. Melalui seminar ini para siswa diajak untuk membangun pribadi yang baik dan berkualitas, pribadi yang memiliki karakter kuat sekaligus mampu menampilkan citra diri yang positif. Pribadi yang mampu mengembangkan keahlian, prestasi, sekaligus kepribadian. Hal itu penting untuk dikembangkan menjadi sebuah kekuatan diri dalam memasuki era global. Nara sumber dari NIEC Indonesia Wahyu Triana mampu membagikan pengalamannya yang luar biasa kepada para siswa sehingga terjadi diskusi dan interaksi yang konstruktif. 4. Character Strength Untuk kelas XII sekolah memberikan penguatan pelatihan karakter melalui pelatihan Utilize Character Strength bersama tim Aetra Learning Centre. Pelatihan Character Strength pernah diberikan di kelas X. Di kelas XII ini diberikan penguatan sehingga diharapkan dapat membantu siswi dalam memahami dirinya dengan kekuatan karakternya. Pemahaman terhadap kekuatan karakter diri ini akan sangat membantu dalam menentukan keputusan dan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Secara khusus diharapkan juga dapat membantu kelas XII dalam nenetukan jurusan dan pilihan perguruan tinggi yang akan mereka pilih selepas dari SMA St Ursula.
HIC 2020 DARI SANTA URSULA MENUJU HARVARD INNOVATIVE CHALLENGE 2020 OF SOUTHEAST ASIA
Berkiprah secara global dimulai dengan sebuah keberanian untuk berpartisipasi dalam acara-acara bertaraf internasional. Beranikah anak-anak Sanurian ambil bagian di dalamnya? Pada tanggal 27-30 Juli 2020, kami (Sherin, Imke, Micha, Feren, dan Tyra) berkesempatan menjadi delegasi Indonesia dalam Harvard Innovative Challenge of Southeast Asia 2020, sebuah konferensi internasional berbasis virtual yang mengumpulkan para pelajar dari sekolah menengah hingga mahasiswa yang tersebar di seluruh dunia, ASEAN khususnya sebagai delegasi dari negara asalnya, dan diselenggarakan oleh Harvard Undergraduate Global Education yang bekerja sama dengan Global Citizen. Acara tersebut menghadirkan berbagai narasumber terkemuka yang telah membawa perubahan bagi kondisi sosial-ekonomi dunia di berbagai bidang. Para delegasi diberi kesempatan untuk berdiskusi serta mengeksplorasi berbagai topik tentang masalah regional ASEAN, khususnya yang kian kritis karena eksistensi pandemi COVID-19. Para delegasi dibagi dalam 2 track, yaitu Public Health dan Education. Berdurasi 4 hari, konferensi ini menantang para delegasi dari berbagai negara yang telah disatukan ke dalam tim-tim kecil beranggotakan 4-5 orang untuk melahirkan suatu solusi berupa proyek kewirausahaan inovatif yang nyata dan aplikatif untuk menekan masalah sosial yang diangkat. Acara dimulai pada tanggal 27 Juli 2020 dengan Opening Ceremony. Bertindak sebagai Keynote Speaker, Levana Sani adalah seorang alumni Kampus Santa Ursula dan pendiri Nalagenetics, start-up yang melalui farmakogenomik, memungkinkan masyarakat di Asia untuk melakukan tes genetik dengan biaya terjangkau (Ia membawakan semangat Serviam sebagai pembuka pidatonya, lho!). Kami kemudian masuk ke breakout room untuk berkenalan dengan tim delegasi yang telah ditentukan sesuai track kami. Setelah istirahat makan siang, pembicara selanjutnya adalah Chong Tee Lim di track Public Health, dan Joice Gumala di track Education yang lagi-lagi adalah lulusan Kampus Santa Ursula dan pendiri start-up yang menyediakan jasa mentor MBA untuk persiapan masuk universitas terkemuka dunia. Melalui sesi ini, para mentor membantu delegasi dalam memulai research dan navigasi masalah yang ada dalam rangka menemukan solusi yang dapat diimplementasikan dengan strategi kompleks namun komprehensif. Kami mengakhiri hari pertama yang agak melelahkan, dikarenakan telah menatap laptop selama 6 jam berturut-turut, dengan menuliskan abstrak berisikan 200 kata tentang pernyataan masalah dan ide solusi yang masing-masing tim akan angkat. Kami memulai pembicaraan dalam tim dengan membahas apa yang telah masing-masing tulis dalam pre-conference assignment berupa proposal program pribadi dan mulai mengelaborasi dari sana. (Iya teman-teman, sebelum konferensi-pun sudah ada tugas, lho! Ya istilahnya sih literasi pribadi sebelum berargumentasi). Di hari kedua, kami mengikuti Public Speaking Workshop yang dilanjutkan dengan Elevator Pitch dimana tiap tim mempresentasikan speech singkat satu menit untuk meyakinkan audiens bahwa masalah dan solusi yang masing-masing tim bawakan absah serta dapat diterapkan. Dari presentasi singkat ini, kakak-kakak dari Harvard dan delegasi lain memberikan umpan balik tentang kelayakan solusi pitch dan kefasihan kami dalam mengeksekusikan public speaking. Setelah itu, kami juga mendapatkan insights mengenai pengalaman beberapa wirausahawan dalam mendirikan perusahaan mereka serta cara mereka beradaptasi dengan komplikasi yang timbul dari pandemi COVID-19 ini. Salah satunya adalah Evelyn Wong, penemu CovEd, sebuah platform mentoring yang menghubungkan mahasiswa sukarelawan dengan anak-anak dari komunitas berpenghasilan rendah untuk dukungan akademis. Di penghujung hari, ada tur virtual dari kampus Harvard College yang diikuti oleh Business Model Workshop yang memberikan delegasi gambaran umum secara komprehensif tentang bagaimana merancang model bisnis yang layak. Kami diberikan waktu untuk mengembangkan kanvas solusi yang efektif untuk pernyataan masalah masing-masing, dengan mempertimbangkan informasi dan umpan balik yang telah diterima selama sesi. Pada hari ke-3, kami memperoleh kesempatan untuk mendengarkan pengalaman kuliah dari lima mahasiswa/i Harvard. Mereka menceritakan tentang pengalamannya, dimulai dari proses pendaftaran hingga kesan pesan mereka selama menjadi mahasiswa Harvard. Proses pendaftaran untuk dapat diterima di Harvard tidak pernah mudah. Kebanyakan peserta meminta tips and tricks dari mereka terkait cara agar dapat diterima di Harvard. Personal essay adalah salah satu syarat kunci dalam proses penerimaan. Kelima mahasiswa/i tersebut mengatakan bahwa dalam penulisan personal essay, penekanan pada keunikan para pelamar adalah faktor utama. Selain berbicara tentang tips and tricks dalam proses pendaftaran, mereka juga bercerita tentang kehidupan mahasiswa Harvard. Klub-klub yang ada, bagaimana cara belajar di sana, pelajaran apa yang mereka dapatkan dengan bersekolah di Harvard, dan lain-lain. Setelah itu kami memiliki waktu untuk makan siang. Selama makan siang, terdapat breakout room yang tersedia untuk siapapun yang ingin berinteraksi dengan peserta lain dan dipandu oleh seorang staff konferensi. Di breakout room tersebut kami membicarakan banyak hal. Kami menjadi lebih kenal dengan berbagai budaya, sistem sekolah, hingga hobi tiap-tiap delegasi. Sesi ini sangat menarik karena kami dapat berkenalan dengan teman-teman baru dari negara-negara yang berbeda yang juga memperluas koneksi dan wawasan global kami. Akhir hari ke-3 ini ditutup dengan proses finalisasi dari penyusunan presentasi proposal kami, disertai sesi belajar dari seorang speaker yang menceritakan pengalamannya tentang bagaimana social entrepreneurship dapat terlaksana di dunia nyata. Dan pada akhirnya, hari ke-4 pun tiba. Hari ini menjadi hari yang paling menegangkan, mengkhawatirkan, sekaligus menantang karena selain harus melakukan presentasi hasil diskusi proyek kewirausahaan sosial tim delegasi masing-masing di hadapan panel juri, kami juga harus menunaikan kewajiban kami sebagai siswi SMA Santa Ursula Jakarta, yaitu mengikuti sidang paper. Tim delegasi dinilai berdasarkan orisinalitas, isi dan kelengkapan, kemungkinan dan kelayakan program untuk dilaksanakan, dampak yang dihasilkan, serta cara penyampaian presentasi itu sendiri. Setelahnya, seluruh kegiatan ditutup dengan penghargaan yang diberikan kepada Best Team dan Best Delegate. Kami dengan senang hati menyampaikan bahwa Micha dan tim delegasinya memenangkan First Team Award in Public Health Category. Ada banyak pelajaran yang kami peroleh dari 4 hari mengikuti konferensi ini. Secara keseluruhan, kegiatan HIC SEA merupakan kegiatan yang berhasil melatih kami untuk mengembangkan wawasan global, menambah kenalan dan koneksi di dunia internasional, serta melatih kemampuan critical thinking kami menjadi lebih signifikan. Dalam konferensi ini, kami secara tidak langsung dipaksa untuk beradaptasi dan berani mengungkapkan pendapat kami sehingga selama proses konferensi ini, dapat dikatakan bahwa kami mendapatkan banyak skill baru, baik soft skill maupun hard skill. Kami mendapatkan banyak sekali hal baru, mulai dari betapa pentingnya hak cipta dalam suatu karya yang dipublikasikan hingga cara menganalisis dan mensintesis berbagai sumber informasi agar diperoleh informasi yang kredibel. Kami diajak untuk melihat berbagai permasalahan sosial yang terjadi di sekitar kami dan tidak sekedar mengomentari dan mengkritik, tapi melakukan aksi konkret yang dimulai dengan research terkait masalah sosial tersebut yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua bidang besar, yaitu public health dan education, hingga tahap demi tahap bagaimana masalah tersebut dapat diselesaikan. Salah satu pelajaran yang berkesan bagi kami adalah bagaimana kami diajak untuk berani mengajukan solusi termustahil dan terekstrim yang dapat kami bayangkan karena pada nyatanya, tidak ada ide yang buruk dari sini, kami juga dilatih untuk lebih percaya diri dan mampu mengutarakan opini kami dengan lebih maksimal
Ujian Praktik Kolaboratif
Ujian Praktik adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi peserta didik pada ranah keterampilan pada KD-KI 4 yang dilakukan oleh Satuan Pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan. SMA Santa Ursula juga melaksanakan ujian praktik ini setiap tahunnya. Yang berbeda untuk tahun ini, Ujian Praktik dilaksanakan secara kolaboratif dalam situasi pandemi Covid 19. Kolaboratif antar guru (mata pelajaran) juga kolaboratif antar siswa (kelompok siswa) yang disiapkan dan dilaksanakan dari rumah masing-masing, juga mengukur capaian keterampilan abad 21 (keterampilan pemecahan masalah, berfikir kritis-kreatif, bekerja sama, dan berkomunikasi). Siswa dalam kelompok merancang sebuah produk kreatif dari kombinasi KD-KI 4 kelompok mapel Ujian Praktik. Hasil rancangan itu kemudian diwujudkan secara bertahap, dilaporkan hasil produk akhirnya, kemudian dikomunikasikan/dipaparkan saat ujian. Jadi penilaian meliputi penilaian proses, penilaian produk, dan penilaian presentasi atas produknya. Siswa dan guru terbagi dalam 4 grup kolaborasi yakni Grup A yang merupakan kolaborasi mata pelajaran Pendidikan Agama, Sejarah Indonesia, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya Grup B yang merupakan kolaborasi mata pelajaran Bahasa Inggris Wajib dan Pendidikan Seni. Grup C merupakan kolaborasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika Wajib, dan Pendidikan Jasmani-Olahraga Kesehatan. Sedangkan Grup D merupakan grup mata pelajaran di peminatan masing-masing, peminatan Bahasa, MIPA, dan Sosial. Berikut beberapa hasil produk kreatif yang dihasilkan oleh para siswa: https://www.instagram.com/artaloka.co/ http://www.womenofindonesia.carrd.co https://issuu.com/sherinleanawijaya/docs/asek__7_ https://open.spotify.com/show/3VVSpUCPvnJNQS6iIG1rJK